Pada gambar denah, seorang desainer sipil atau arsitek akan mudah saja merencanakan suatu bangunan dengan AutoCAD pada komputer. Dibuat kolom berbentuk pipih lah… diletakkan miring… ditinggikan sekian centimeter, dan lain sebagainya. Bagaimana dengan pelaksanaannya dilapangan???
Inilah yang cukup signifikan membedakan desainer pemula dengan kelas kakap. Desainer kelas kakap telah dan juga tahu apa yang kira-kira akan terjadi pada tahap pelaksanaan sehingga akan meminimalkan hambatan-hambatan tersebut sedari awal sehingga akan mudah dan lancar dilaksanakan.
Di depan komputer, ketelitian sampai milimeter dengan mudah tergambar. Dilapangan…. jangan harap akan selalu tepat dengan ketelitian centimeter. Artinya… banyak hal yang bisa saja menyebabkan kegagalan pelaksanaan sehingga diperlukan adanya toleransi.
Sekarang saya bahas topik bangunan rumah mewah dan juga villa.
Jika disuruh memilih…. jadi supervisor membangun ruko (rumah toko) berkilo-kilometer atau membangun satu atau dua villa???
Saya akan memilih membangun ruko. Kenapa?
Karena sederhana… detail yang minimal… variasi minimal… dimensi kurang ketat… kualitas rata-rata… dan lain-lain. Berbanding terbalik dengan kasus rumah mewah atau villa. Tiap ruangan bisa saja memiliki level lantai yang berbeda. Kamar mandi atau toilet serta wastafel yang membutuhkan instalasi plumbing yang rumit. Berbagai sakelar, stop kontak… di berbagai sudut.
Belum lagi ketatnya dimensi komponen-komponen seperti kolom salah satunya, yang tidak boleh memiliki ketebalan yang melebihi ketebalan dinding. Itu susah…
Perletakan tiap kolom harus diperhitungkan sedemikian rupa agar bisa saling untuk menahan lentur pada arah tipisnya kolom. Selain itu… salah menaruh kolom, maka tembok dan ruangan akan tidak siku. Seringkali terlambat diketahui, ketahuan baru pada tahap pemasangan keramik dan meubel (kacau dah…).
Kemudian … bekisting harus kuat menahan beton ketika dicor, juga untuk menahan getaran vibrator, agar nantinya dimensi kolom tidak membengkak.
Jika membengkak, artinya… ya terpaksa dikupas kulit betonnya.
Balok pun berkondisi serupa dengan kolom. Dibuat sepipih mungkin, agar tidak mengganggu instalasi langit-langit (ceiling). Yang pada akhirnya bermasalah adalah instalasi plumbing dan elektrikal yang terpaksa menembus balok yang artinya memperlemah balok itu sendiri.
hehehhehehe…. begitulah….
Semoga banyak yang protes dari tulisan saya ini sehingga memenuhi bagian komentar di blog, bukan komentar di Facebook.
Assssiiiiikkkkkkk…….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan komentar anda mengenai artikel diatas, trims..